Wednesday, October 2, 2024

Diantara Dua Dunia - Cerita Pendek

 

Diantara Dua Dunia

Karya : Vannesa Hermawan



Pada suatu pagi yang cerah, di sebuah desa yang tenang, hiduplah seorang gadis bernama Calliope. Dia memiliki rambut pendek yang membuatnya tampak mempesona, dan kecantikannya sudah menjadi pembicaraan di desa. Calliope tinggal bersama ibunya, yang sangat ia sayangi. Namun, ada satu hal yang sering mengganggu pikirannya—ibunya selalu melarang Calliope berinteraksi dengan laki-laki, sebuah trauma masa lalu yang membuat sang ibu sangat protektif.

Meski kadang merasa terkekang, Calliope tetap menurut pada ibunya. Dia memilih untuk hanya berteman dengan perempuan, bahkan ketika rasa penasaran mulai tumbuh di hatinya tentang dunia yang lebih luas. Hari ini adalah hari pertama Calliope bersekolah di Alexander High School, sebuah langkah baru yang membuatnya sedikit gugup.

“Huftt... Semoga hari ini berjalan lancar,” ucap Calliope dalam hati sambil menghela napas dalam-dalam.

Ibunya mengantarkan Calliope ke sekolah, dan sebelum turun dari mobil, Calliope pamit. “Dadaah, Bu. Sampai nanti!” Ia melambaikan tangan, mencoba menutupi rasa tegangnya.

Setelah masuk ke gerbang sekolah, Calliope mulai mencari kelasnya. “Kelas 10A, di mana ya?” gumamnya sambil melihat-lihat sekeliling. Setelah berkeliling sebentar, akhirnya ia menemukan kelasnya dan duduk di bangku yang masih kosong.

Tak lama kemudian, seorang siswi lain menghampirinya dengan senyum lebar. “Hai cewek cantik! Siapa nama kamu?” tanyanya dengan ramah.

“Oh, hai! Aku Calliope. Salam kenal ya,” jawab Calliope dengan senyum ceria.

“Aku Aghnia, anak paling cute di kelas ini. Hahaha!” balas Aghnia sambil tertawa.

Calliope tertawa kecil. “Ah, kamu lucu! Senang kenal sama kamu.”

Obrolan ringan antara mereka berlanjut hingga bel masuk berbunyi. Di kelas, guru yang bernama Bu Indah memulai pelajaran dengan meminta setiap murid untuk memperkenalkan diri.

“Selamat pagi, anak-anak. Hari ini kita akan saling kenalan dulu, ya. Yuk, kita mulai dari yang di ujung,” kata Bu Indah sambil menunjuk murid pertama.

Satu per satu siswa memperkenalkan diri, hingga tiba giliran Calliope. Ia maju ke depan kelas dengan percaya diri.

“Halo, semuanya. Aku Calliope. Salam kenal ya!” ucapnya singkat.

Seluruh kelas tampak terpesona oleh kecantikannya, dan beberapa anak mulai berbisik-bisik. Setelah itu, pelajaran berlanjut hingga jam istirahat tiba.

Saat bel istirahat berbunyi, Calliope bergegas keluar dan menuju taman sekolah. Di sana, ia duduk di bangku yang teduh, menikmati angin sepoi-sepoi sambil memainkan ponselnya.

Tiba-tiba, ia merasakan sentuhan ringan di pundaknya. Saat menoleh, seorang siswa laki-laki berdiri di belakangnya dengan senyum ramah.

“Hai, boleh duduk di sini?” tanyanya.

Calliope tersenyum, sedikit terkejut. “Iya, tentu.”

Mereka pun mulai berbicara. “Nama aku Darrel, kamu siapa?”

“Aku Calliope,” jawabnya dengan sopan.

“Kelas berapa?” tanya Darrel.

“Kelas 10A. Kamu?”

“Oh, aku kelas 11B. Jadi kamu adik kelas, ya. Wah, bocil nih!” Darrel terkekeh.

Obrolan mereka mengalir dengan santai, dan Calliope mulai merasa nyaman berbicara dengan Darrel. Hari pertama di sekolah barunya yang semula penuh kegugupan berubah menjadi menyenangkan karena pertemuan tak terduga ini. Namun, di balik keceriaan itu, ada rasa was-was dalam hati Calliope. Ia tahu bahwa ibunya pasti tak akan setuju jika tahu Calliope berteman dengan seorang laki-laki.

Sesampainya di rumah, Calliope disambut oleh ibunya. “Bagaimana hari ini, nak? Kamu sudah dapat teman baru?” tanya ibunya sambil tersenyum lembut.

Calliope mengangguk. “Iya, bu. Aku punya satu teman baru.”

“Laki-laki atau perempuan?” Ibunya menatapnya dengan tajam.

Calliope merasa sedikit gugup, tapi ia menjawab, “Perempuan, bu.”

“Bagus. Kamu tahu kan, laki-laki itu berbahaya. Ibu gak mau kamu dekat-dekat mereka,” kata ibunya dengan nada tegas, mengulang kalimat yang sudah sering Calliope dengar.

Dengan rasa kesal yang mulai menumpuk, Calliope hanya mengangguk singkat. “Iya, bu. Aku tahu,” balasnya sambil berlalu menuju kamar. Ia sudah lelah mendengar aturan yang sama terus-menerus, dan kali ini, ia memilih untuk menyimpan rahasianya tentang Darrel.

Di kamar, Calliope merenung. Ia mencintai ibunya, tapi ia juga ingin hidup dengan kebebasan untuk menjalin persahabatan tanpa takut. Di dalam hatinya, ada keinginan untuk suatu hari bisa membuat ibunya mengerti.

 

**Bersambung...**

Bina Mulia Mandiri

Author & Editor

Hallo, selamat datang di Bina Mulia Mandiri

0 comments:

Post a Comment