15?
”Pada Kenyataannya Kita Hanya Sebatas Bertemu,
Bukan untuk Bersatu”
Karya : Anggun
D.F.Hia
Kelas 9 2024
Agatha, seorang gadis paling
ceria di SMA XXX, memiliki banyak teman, tetapi ada satu orang yang sangat
dekat dengannya, yaitu Alesha. Suatu malam minggu, saat teman-temannya sibuk
dengan pacar masing-masing, Agatha merasa kesepian. Ia merebahkan diri di kasur
sprei Barbie favoritnya sambil merenung, "Main game aja deh, daripada
nunggu Alesha selesai, malam minggu ini pasti curhatan aku tidak
dibalas-balas."
Setelah beberapa saat bermain
game, Agatha semakin merasa bosan. "Hidupku kok gini-gini aja, bosen
banget. Pacar nggak ada, gebetan pun nggak ada. Apa nggak ada yang mau dekat
sama aku?"
Tiba-tiba, notifikasi di
handphone-nya berbunyi.
Zeo: "Broo, mabar yuk! Gua
gendong!"
Agatha: "Gak mau, main
sendiri aja."
Zeo: "Nanti gak ada yang
gendong lagi buat push rank."
Agatha: "Gak peduli."
Dalam hatinya, Agatha berpikir,
bagaimana orang mendekatinya jika ia sendiri tidak mau didekati?
Keesokan harinya, saat MPLS di
SMA XXX, Agatha terbangun terlambat, hanya memiliki waktu 20 menit untuk
bersiap-siap. Begitu sampai di sekolah, ia dihukum oleh kakak OSIS, Marcello,
karena tidak mengenakan ikat pinggang SMA. "Besok jangan sampai terulang
lagi, ya," ujar Marcello tegas.
"Iya kak, maaf ya. Besok
pakai ikat pinggang SMA," jawab Agatha canggung. Sejak saat itu, Agatha
merasa canggung setiap kali berpapasan dengan Marcello.
Untungnya, Agatha mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Ia berteman dengan Chloe dan Leah.
Leah adalah anak yang populer di sekolah karena sering menyumbang untuk
kegiatan sekolah. Namun, gossip tentang Agatha yang "sok asik" dengan
anak-anak populer itu menyebar hingga ke telinga Marcello.
Satu minggu yang lalu, saat
Agatha tidak membawa topi untuk Upacara Bendera, ia menemukan sebuah topi
dengan tulisan "cel" di dalam lokernya. "Hah, cel? Siapa ya?
Rasanya aku belum kasih nama pada topi ini. Kayaknya ada yang mau ngerjain aku
deh." Meskipun bingung, ia terpaksa mengenakan topi tersebut agar tidak
dihukum.
"Sekarang anak yang pakai sabuk SMP itu dekat sama Leah, mantan
gua?" ujar Marcello kepada teman-teman OSIS-nya. "Emang, anak
itu centil," jawab Jerome. "Gua lihat, anaknya lucu, enggak
gitu?" tanya Marcello. "Cinta
ya lo sama anak itu?" Leon menimpali sambil tertawa. "Kayaknya
sih," jawab Marcello. "Kejar mumpung jomblo!" seru Fiona.
Di siang hari, di Twitter OSIS, ada postingan yang menyatakan, "Untuk
rumor yang tentang Agatha pansos ke Leah itu bohong ya. Dia gak ada niat pansos
ke siapapun." Postingan itu mendapat banyak like dari siswa-siswa SMA.
"Ehemm, ada yang bela tuh di Twitter," kata Chloe kepada Agatha.
Wajah Agatha memerah mendengar itu. "Biasa aja deh, paling kakak OSIS
gabut," balas Agatha sambil berusaha tenang.
Malam harinya, Agatha
berguling-guling di kasur, "Kakak OSIS siapa aja sih?" Ia pun membuka Instagram dan mencari akun OSIS SMA
XXX. "Oh, ada kak Leon, Marcello, Fiona, dan Ashley. Di antara mereka,
siapa ya yang posting tweet itu?" pikirnya.
Tak lama kemudian, Marcello mengirim pesan. "Save, cel,
OSIS." Agatha terkejut. "Hah, kok dia punya nomor aku sih? Cel? Mirip
nama yang ada di topi."
Agatha membalas pesan itu,
"Done, kak." Marcello menjawab, "Udah, gak usah dipikirin gossip
yang gak penting itu."
"Makasi kak, untuk topinya dan sudah bela aku di Twitter. Tapi jangan
kayak gini lagi, ya. Aku jadi enggak enak," balas Agatha.
"Gapapa, Agatha. Santai aja," ujar Marcello.
Agatha bertanya-tanya di dalam hati, "Apakah Marcello ikhlas
menolongku, atau ada sesuatu yang lain? Apa jangan-jangan dia masih ingat
kesalahanku yang dulu, karena tidak pakai ikat pinggang SMA?"
Dalam benak Agatha, perasaan
campur aduk. Ia merasa tertarik pada
Marcello, tetapi juga bingung dengan perasaannya sendiri. Mungkinkah, di balik
semua ini, ada kemungkinan untuk sebuah hubungan yang lebih dari sekadar teman?
0 comments:
Post a Comment